Jumat, 04 Desember 2015

Ini 10 Klub Pemilik Suporter Garis Keras Paling Cadas

Sepakbola.com – Tak dapat dipungkiri, keberadaan suporter memiliki arti penting bagi sebuah klub. Mereka siap berkorban apa pun demi klub yang mereka cintai. Bahkan, kemudian muncul kelompok-kelompok suporter garis keras. Setidaknya, ada 10 klub pemilik suporter garis keras paling cadas.

Berikut adalah klub pemilik suporter garis keras paling cadas:

10. Lech Poznan


Klub asal Polandia, Lech Poznan, menjadi salah satu tim dengan basis suporter fanatik di Eropa. Meski stadionnya hanya berkapasitas 40 ribu penonton, namun kekompakan suporter menjadi kunci utama tiap laga kandang. Klub-klub besar kerap tersandung saat laga tandang ke klub ini.

9. Ajax


Ajax adalah salah satu klub penyuplai pemain-pemain bintang ke Eropa. Johan Cruyff, Dennis Bergkamp, Edwin van Der Sar, Luiz Suarez, Zlatan Ibrahimovic, dan Patrick Kluivert adalah beberapa bintang yang berasal dari program pemain muda dari klub yang bermarkas di Amsterdam, Belanda ini.

Ajax ditaksir memiliki lebih dari 7 juta pendukung di seluruh Eropa. Fans mereka selalu memberi dukungan penuh di dalam stadion di Amsterdam Arena dengan warna dominan merah-putih.

8. Newscastle United


Meski prestasinya di dekade terakhir menurun, namun Newcastle United adalah salah satu klub di Inggris yang punya tradisi kuat dan memiliki basis fans paling fanatik di Inggris.

Survei yang dilakukan oleh Financial Services Co-Operative pada tahun 2004 menemukan, Newcastle United adalah klub dengan pendapatan tinggi yang berasal dari penggemarnya untuk pembelian tiket dan asesoris klub. Para fans bahkan tak segan membawa anak dan keluarganya saat tim yang berjaya di awal 90-an ini bertanding.

7. River Plate


River Plate adalah salah satu klub pemilik fans paling fanantik di Argentina bersama pesaing mereka Boca Juniors. Laga antara keduanya menjadi laga klasik yang sangat sengit. Bahkan, ada ungkapan yang menyatakan bahwa laga ini adalah agenda wajib untuk ditonton sebelum wafat.

6. Roma


AS Roma merupakan salah satu klub besar Italia yang memiliki basis fans fanatik di Italia. Stadion Olimpico yang berkapasitas 70 ribu selalu dipenuhi pendukung yang dikenal dengan fans garis keras, Cucs (Komando Ultra Curva Sud),  yang terbaik di sepak bola Eropa.

5. Napoli


Kota Naples selalu berwarna biru muda tiap kali Napoli bertanding. Lebih dari 60 ribu suporter memenuhi stadion untuk mendukung tim mereka. Di Italia, Napoli menguasai 13 persen fans fanatik dari keseluruhan pencinta sepak bola di negeri tersebut.

Napoli juga merupakan salah satu pemilik fans paling fanatik di dunia dengan basis penggemar melampaui batas-batas negara, dengan perkiraan 6 juta penggemar di seluruh dunia.

4. Galatasaray


Tanpa diragukan lagi, Galatasaray adalah salah satu klub pemilik fans paling fanatik di dunia. Hampir 41,8 persen warga Turki adalah penggemar berat klub ini. Klub-klub besar Eropa selalu waspada jika harus bertanding di stadion mereka. Banyak dari mereka yang bermain gugup saat para fans dengan lantang bernyanyi mendukung klub ini.

3. Borussia Dortmund


Meski bertaburan pemain bintang, Bayern Muenchen harus bertekuk lutut saat bertanding melawan Borussia Dortmund di final Piala Super Jerman, Kamis (14/8/14) dini hari . Tekanan yang diberikan suporter Dortmund di Signal Iduna Park membuat Bayern bertekuk lutut 2-0.

Signal Iduna Park menjadi salah satu stadion paling angker di dunia. Ribuan fans Hitam-Kuning selalu memenuhi stadion berkapasitas 80 ribu orang. Kecintaan mereka pada klub ini diwujudkan saat klub nyaris bangkrut pada akhir tahun 80-an. Para fans dengan suka rela merogoh kantong mereka untuk menyelamatkan keuangan klub.

2. Boca Juniors


Klub asal Argentina ini adalah salah satu klub dengan fans paling fanatik di dunia. Boca Juniors didukung hampi 40 persen pencinta sepak bola di Argentina. Mereka kerap memenuhi 50 ribu bangku di Estadio Alberto J. Armando tiap kali klub ini beraksi.

Para pendukung klub ini umumnya adalah kaum buruh, atau berbanding terbalik dengan rival mereka River Plate, yang dianggap sebagai pemilik pendukung kelas atas di Argentina.

1. Celtic


Klub Skotlandia, Glasgow Celtic, tercatat sebagai tim dengan pendukung paling fanatik dan sangat kompak di dunia. Presiden FIFA Sepp Blatter sendiri mengakui hal tersebut, dan memberi penghargaan khusus FIFA Fair Play Award.

Di Celtic Park sebagai kandang klub, suporter selalu setia memenuhi 60 ribu bangku stadion yang tersedia. Bintang Barcelona Lionel Messi bahkan mengakui jika fans di klub ini adalah fans terbaik yang pernah ia temui sepanjang kariernya sebagai pesepak bola.

sumber :  http://www.sepakbola.com/2014/08/ini-10-klub-pemilik-suporter-garis-keras-paling-cadas

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Dalam tiap olahraga yang diselenggarakan, terdapat venue khusus sebagai tempat penyelenggarannya. Stadion merupakan venue bagi pertandingan sepakbola. Keberadaan stadion sangat penting bagi sebuah tim. Stadion berfungsi sebagai markas dan home base klub tertentu. Tiap bermain di lapangan sendiri, tentunya menjadi keuntungan bagi sebuah tim karena akan dipenuhi oleh para fans dan penggemar. Tak heran banyak stadion dengan kapasitas yang besar. Hal ini berguna untuk menampung banyak fans yang menonton secara langsung.

Di dunia, terdapat beberapa stadion dengan kapasitas tempat duduk yang banyak. Bahkan ada yang mencapai lebih dari 100 ribu. Meski benua Eropa menjadi pusat kekuatan sepakbola dunia, namun dalam list 10 besar, hanya ada 3 stadion populer di Eropa yang masuk, yaitu Camp Nou (Barcelona), Santiago Bernabeu (Real Madrid) dan Wembley (timnas Inggris). Sementara stadion-stadion dari benua Asia, Afrika atau Amerika juga tidak kalah. Bahkan stadion kebanggan Indonesia, yaitu Gelora Bung Karno masuk jajaran stadion paling megah. Berikut kami tampilkan list 10 stadium dengan total jumlah kursi penonton paling banyak. 


1. Salt Lake Stadium

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Kolkata, India
Kapasitas : 120.000 kursi
Tahun Dibangun : 1984

2. Azteca Stadium

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Mexico City, Meksiko
Kapasitas : 105.000
Tahun Dibangun : 1966

3. Bukit Jalil 

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Kuala Lumpur, Malaysia
Kapasitas : 100.000
Tahun Dibangun : 1998
4. Camp Nou

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Barcelona, Spanyol
Kapasitas : 99.000
Tahun Dibangun : 1957

5. Soccer City


Lokasi : Johannesburg, Afrika Selatan
Kapasitas : 95.000
Tahun Dibangun : 1989

6. Wembley Stadium

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : London, Inggris
Kapasitas : 90.000
Tahun Dibangun : 2007

7. Stadion Gelora Bung Karno

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Jakarta, Indonesia
Kapasitas : 88.000
Tahun Dibangun : 1962

8. Borg El Arab Stadium

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Kairo, Mesir
Kapasitas : 86.000
Tahun Dibangun : 2006

9. Santiago Bernabeu

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Madrid, Spanyol
Kapasitas : 85.000
Tahun Dibangun : 1947

10. Azadi Stadium

10 Stadion Terbesar dan Termegah di Dunia

Lokasi : Tehran, Iran
Kapasitas : 84.000
Tahun Dibangun : 1971

Stadium megah lainnya :
  • Stade 5 Juillet 1962 (Algiers, Aljazair - 83.500)
  • MetLife Stadium (New Jersey, Amerika - 82.500)
  • Stade de France (Paris, Prancis - 82.000)
  • Signal Iduna Park (Dortmund, Jerman - 81.000)
  • Estadio Monumental (Lima, Peru - 80.100)
  • San Siro / Giuseppe Meazza (Milan, Italia - 80.000)
  • Grand Stade de Casablanca (Casablanca, Maroko - 80.000)
  • Beijing National Stadium (Beijing, Cina - 80.000)
  • Estadio Maracana (Rio de Janiero, Brasil - 78.000)
  • Luzhniki Stadium (Moskow, Rusia - 78.000)
  • Old Trafford (Manchester, Inggris - 76.000)
  • Ataturk Olympic Stadium (Istanbul, Turki - 76.000)
  • Allianz Arena (Munich, Jerman - 74.000)
  • Olympiastadion (Berlin, Jerman - 74.000)
  • Millenium Stadium (Cardiff, Wales - 73.000)
  • Stadio Olimpcio (Roma, Italia - 72.000)
  • International Stadium Yokohama (Yokohama, Jepang - 72.000)
Itu tadi sekilas info mengenai daftar 10 stadion terbesar di dunia dengan total kapasitas tempat duduk yang paling banyak. Selain itu banyak stadion lain dengan arsitektur yang bagus dan mewah. Tentunya venue di atas biasa digunakan untuk menyelenggarakan pertandingan-pertandingan level internasional, seperti Piala Dunia, turnamen kontinental atau liga domestik masing-masing. Semoga informasi tersebut bisa bermanfaat dan dapat menambah wawasan.

Mencoba Memahami Kehendak 'Tuhan'

 
Mencoba Memahami Kehendak Tuhan
Dalam buku 'Mourinho: Anatomy of A Winner' yang ditulis Patrick Barclay, Louis van Gaal berkomentar : Ia (Mourinho) lebih mempercayai pertahanan ketimbang penyerangan. Sementara filosofi saya –berdasar keyakinan sepakbola harus menghibur penggemarnya—adalah memainkan sepakbola menyerang. Filosofi Mourinho semata meraih kemenangan.

Posisi van Gaal sahih untuk memberi penilaian. Ia sangat mempercayai Mourinho sebagai asistennya ketika melatih Barcelona. Sebegitu percayanya, van Gaal akhirnya lebih banyak mendengarkan masukan Mourinho ketimbang asisten lain mengenai persoalan di lapangan.

Bahkan, dalam pengakuan van Gaal, ia membiarkan Mourinho memimpin Barcelona dalam pertandingan persahabatan. Dari mempersiapkan tim, strategi, hingga tentu saja memberi arahan saat turun minum.

Penilaian van Gaal tentang Mourinho juga sahih. Walau harus diakui, seperti halnya pendekatan pragmatis lain di dunia, segala sesuatunya telanjang untuk dilihat dan dicerna. Tidak rumit-rumit amat. Tanpa panduan seorang van Gaal pun dunia sepakbola juga paham akan penekanan gaya bertahan dan pendekatan pragmatis Mourinho di lapangan.

Yang rumit justru klaim van Gaal akan filosofinya: sepakbola sebagai hiburan dan karenanya harus menyerang. Kalau melihat Manchester United saat ini terkait filosofi van Gaal: Apanya yang menghibur? Apanya yang menyerang?

Para bekas pemain Man United, dengan dirigen Paul Scholes, tak sekali dua kali menyatakan ketidakpuasan dengan gaya permainan yang mereka anggap lamban dan menjemukan.

Sementara paduan suara di Old Trafford nyaring berseru: Serang! Serang! Frustasi dengan gaya penguasaan bola yang dominan tetapi miskin serangan, miskin peluang, dan tentu saja miskin gol.

Statistik tak bisa dibantah. Man United di bawah van Gaal sangat berbeda dengan saat dipegang oleh Sir Alex Ferguson.

Di musim terakhir Sir Alex Ferguson, di 14 pertandingan pertama, Man United melepas 229 tembakan dan sundulan mengarah ke gawang, dengan 84 menemui sasaran, dan 33 diantaranya menjadi gol. Dengan jumlah pertandingan yang persis sama, saat ini hanya terjadi 146 tembakan dan sundulan mengarah ke gawang, 53 menemui sasaran, dan 20 menjadi gol.

Praktis apa yang dilakukan oleh Sir Alex di 14 pertandingan musim terakhirnya sebenarnya adalah cetak biru selama hampir 40 tahun ia menjadi pelatih. Baik di St. Mirren, Aberdeen, dan terutama sekali di Man United. Menyerang apapun situasinya.

Ia percaya bahwa dinamika di lapangan akan ditentukan oleh mereka yang terus berupaya melakukan serangan dan mencoba menghujani gawang dengan tembakan. Pola permainan dan permutasi pemain (yang terus berubah—dinamis) didikte oleh kemampuan melakukan serangan, bukan pertahanan. Pertahanan hanya akan menyesuaikan diri.

Misal sederhana: kalau sebuah tim terus melepaskan tendangan ke arah gawang dari semua posisi ketika situasi memungkinkan, akan menciptakan kegugupan di lini pertahanan. Dan karenanya akan memaksa pertahanan untuk mencoba semua lobang dimana tembakan bisa dilakukan.

Sebuah gol tercipta bukan semata karena satu serangan dan tembakan ke arah gawang yang berhasil, tetapi karena serangan yang terus menerus. Dan efeknya bukan hanya untuk pertandingan itu tetapi juga akan terbawa ke pertandingan-pertandingan berikutnya.

Karenanya 'It’s Not What You Do, It’s The Way That You Do It', tulis majalah supporter United We Stand belum lama ini. Apalagi yang dibahas kalau bukan mencela cara anak asuh van Gaal bermain dibanding saat Sir Alex.

Mereka bukannya tidak ingin melihat pertahanan yang kokoh. Tetapi mereka lebih ingin melihat Man United membobol gawang lawan. Kalaulah dengan menyerang atau membobol gawang lawan, pertahanan menjadi agak rapuh, itu harga yang harus dibayar. Risiko ancaman kebobolan (kalah) justru membuat pertandingan menjadi menarik.

Ancaman kebobolan seharusnya justru menjadi dorongan untuk semakin gencar melakukan serangan. Bukan sebaliknya. Apalah arti sebuah permainan tanpa ancaman kekalahan.

Penonton datang untuk sebuah emotional rollercoaster ride (gelombang naik turun emosi). Dengan kata lain, sepakbola Sir Alex adalah sebuah sepakbola yang penuh risiko tetapi pantas ditempuh atas nama hiburan. Sebuah tradisi di Man United yang fondasinya diletakkan oleh Sir Matt Busby.

Kalau melihat karir van Gaal, terutama saat memegang Ajax, Barcelona, dan Bayern Muenchen, benarlah bahwa ia menampilkan permainan sepakbola yang menyerang dan menghibur. Ia tidak sekadar berkata-kata dan membual.

Tetapi ia juga pelatih yang terkenal super kaku dan keras kepala. Sangat percaya diri bahwa dirinya orang yang paling benar, sistem yang ia terapkan adalah yang paling tepat dan superior, dan semua orang harus menurut.



Dalam buku Louis van Gaal, The Biography, Maarten Meijer menulis bagaimana orang sering memplesetkan van Gaal menjadi van God (Tuhan) gara-gara semua itu. van Gaal tentu saja menolak dan mengatakan media membesar-besarkan. Walau ia tanpa sungkan mengatakan: 'I am the best'.

Biasanya pelatih akan membeli pemain berdasar kemampuan mereka bermain di posisi masing-masing. Tidak dengan van Gaal. Para pemain, seberapapun besar nama mereka, akan diminta untuk bermain –masih dengan posisi mereka—tetapi dengan definisi peran yang hanya bisa dirumuskan oleh van Gaal sesuai dengan sistem yang ada di benaknya.

Pelatih biasanya akan menilai lawan dan pemain yang ia punyai lalu mencoba menemukan sistem permainan yang tepat. Van Gaal melihat hal itu sebagai lemah prinsip. Van Gaal selalu teguh dengan 4-3-3 dengan sedikit sekali variasi di sana sini dan rumusan definisi perannya. Ia tidak akan menyesuaikan diri dengan lawan. Seberapa kuat atau seberapa lemah selalu sama. Kata reaksi tidak ada dalam kamusnya.

"Lawan yang perlu bereaksi dengan sistem saya. Bukan sebaliknya," katanya suatu ketika.

Karenanya jangan harap akan ada perubahan dalam sebuah pertandingan yang melibatkan tim asuhan van Gaal. Anak asuh van Gaal akan bermain sama apapun kondisi di lapangan.

Possesion football (penguasaan bola) bagi van Gaal adalah segalanya. Ia dasar sistem serangan, pertahanan, menentukan menarik tidaknya sepakbola, dan sebuah cara mengeliminasi risiko kebobolan.

"Kalau anda menerapkan penguasaan bola sebagai dasar permainan, anda tak perlu bertahan, karena hanya ada satu bola di lapangan," kata maestro bola Belanda Johan Cruyff.

Penguasaan bola diasosiasikan oleh banyak orang dengan sepakbola menyerang. Karena memang tanpa menguasai bola anda tidak akan bisa melakukan serangan. Tetapi itu hanyalah satu sisi saja dari penguasaan bola seperti disiratkan oleh Cruyff.

Orang sering lupa, penguasaan bola juga adalah bentuk pertahanan terkuat. Pertahanan bukan semata ketika anda tidak menguasai bola lalu mengorganisir diri untuk mengantisipasi serangan lawan. Karena anda menguasai bola, lawan tidak akan bisa melakukan serangan karenanya tidak bisa mencetak gol.



vVan Gaal akan menolak mentah-mentah kalau ia dikatakan mengekor Cruyff. Tetapi tak terbantahkan, ia kemungkinan orang yang paling memahami atau setidaknya seide dengan apa yang dikatakan Cruyff. Dan ide itulah yang dicoba bawa oleh van Gaal ke Man United dan Inggris.

(Publik) Sepakbola Inggris mungkin agak berbeda. Possesion football bukanlah segalanya. Mereka ingin melihat jala gawang bergetar secepatnya. Mereka ingin sepakbola yang direct (menghunjam). Mereka tidak terlalu suka dengan sepakbola yang terlalu mengeliminir risiko kebobolan (memutar-mutar bola lewat possession football—persis seperti yang dilakukan van Gaal di Man United).

Mungkin itu sebab Man United di bawah van Gaal bagi penggemar sepakbola Inggris sejauh ini terasa sungguh membosankan.

sumber : http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2015/12/04/135301/3087959/1489/mencoba-memahami-kehendak-tuhan

Rapor Terburuk Ronaldo Bersama Madrid

Rapor Ronaldo jeblok musim ini (foto: reuters)

MADRID – La Liga musim ini adalah periode terburuk bagi Cristiano Ronaldo bersama Real Madrid. Megabintang berkebangsaan Portugal tersebut memiliki persentase yang kecil soal mengonversi peluang menjadi gol.
Produktif di Liga Champions, penampilan Ronaldo di La Liga masih mendapatkan nada sangsi dari banyak pihak. Kapten Tim Nasional Portugal tersebut memang mencetak lima gol dalam pertandingan melawan Espanyol pada 12 September 2015, tapi setelah itu dia hanya membukukan empat gol.
Ronaldo pun harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri lantaran berdasarkan statistik Opta, di musim ini persentase mengonversi peluang menjadi gol dia sangat rendah. Angka 12,2 persen adalah yang terendah dalam lima musim terakhir.
Angka Ronaldo lebih rendah dari duo Barcelona, Neymar da Silva dan Luis Suarez, yang memang sedang on fire. Akan tetapi yang memimpin daftar ini adalah pemain Real Sociedad yakni Imanol Agirretxe dengan 36 persen.
Pertandingan di akhir pekan nanti melawan Getafe menjadi ajang penebusan dosa buat mantan bintang Manchester United tersebut. Terlebih Azulones –julukan Getafe– adalah salah satu tim yang paling banyak kebobolan pada musim ini.
Persentase konversi peluang menjadi gol Ronaldo:
La Liga 2011-2012: 22,3 persen
La Liga 2012-2013: 18,8 persen
La Liga 2013-2014: 18 persen
La Liga 2014-2015: 26,4 persen
La Liga 2015-2016: 12,2 persen
 
sumber :  http://bola.okezone.com/read/2015/12/04/46/1261010/rapor-terburuk-ronaldo-bersama-madrid